Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Indonesia
Investment Authority (INA) berinvestasi di Blok Masela untuk menggantikan
posisi Shell Upstream Overseas Ltd.

Hal ini diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Airlangga Hartarto usai rapat terbatas di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu
(24/8).

"Investasi Shell dan rencana divestasi arahan pak
presiden dicarikan investor baru termasuk mempertimbangkan sovereign wealth
fund, atau INA untuk masuk dalam proyek tersebut," ungkap Airlangga dalam
konferensi pers.

Rencana Shell untuk hengkang dari Blok Masela sudah
dipublikasikan sejak 2020 lalu. Hal ini karena arus kas perusahaan tertekan
akibat proyek di negara lain.

Jika Shell angkat kaki, maka Inpex Corporation sebagai mitra
di Blok Masela harus mencari rekanan baru untuk mengembangkan ladang gas di
Maluku itu.

Sebelumnya, Inpex Corporation bersama Shell menandatangani
kontrak amandemen bagi hasil cost recovery termasuk waktu tambahan 7 tahun
alokasi dan perpanjangan proyek kilang gas alam cair (liquefied natural
gas/LNG) Abadi dengan SKK Migas pada 11 Oktober 2019.

Pada 2020 lalu, Shell dikabarkan tengah mencari investor
untuk menjual 35 persen sahamnya di proyek Blok Masela. Manajemen berharap bisa
mendapatkan dana US$1 miliar dari penjualan sahamnya pada proyek bernilai US$15
miliar itu.

Rencananya, dana tersebut akan digunakan untuk membantu
pembayaran untuk pembelian BG Group senilai US$54 miliar yang dilakukan pada
2015 lalu.

Selain Shell, porsi saham partisipasi dalam proyek tersebut
dimiliki Inpex sebesar 55 persen dan sisanya digenggam badan usaha milik daerah
(BUMD) sebesar 10 persen.