Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja selesai mengadakan
Sidang Kabinet Paripurna hari ini, Selasa (6/12/2022). Berbagai prospek dan
target ekonomi Indonesia untuk tahun 2023 pun disepakati.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini dinilai berjalan cukup
baik.

Pertumbuhan
ekonomi Indonesia hingga akhir tahun 2022 diperkirakan pada kisaran 5,2% (year
on year/yoy) dan diperkirakan akan mencapai 5,3% (yoy) pada tahun depan.

"Di tahun
2023 forecast 5,3% sesuai yang ditetapkan dalam APBN," jelas Airlangga
dalam keterangan persnya terkait Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden,
Selasa (6/11/2022).

Target
pertumbuhan ekonomi pemerintah untuk 2023 tersebut lebih tinggi dari proyeksi
berbagai lembaga internasional seperti OECD, IMF, ADB, dan Bank Dunia yang
memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 pada kisaran 4,7% hingga
5,1%.

"Upside risk
penanganan covid dan percepatan vaksinasi relatif baik, fungsi APBN sebagai
shock absorber, kemudian harga komoditas tinggi dan presidensi G20 membuat
kredibilitas kita di pasar internasional baik," kata Airlangga lagi.

Adapun faktor
eksternal juga masih akan terus diwaspadai oleh pemerintah, karena dapat
menimbulkan risiko terhadap ekonomi nasional.

Faktor eksternal
yang akan terus dipantau pemerintah, diantaranya ketersediaan rantai pasok,
lingkungan geopolitik, inflasi global, scaring effect terhadap inflasi, dan
cuaca ekstrem.

Dari sisi laju
inflasi di tanah air, Airlangga juga menilai bahwa laju inflasi saat ini dapat
terjaga, bahkan pemerintah dan otoritas terkait berhasil membuat laju inflasi
menurun dan diharapkan bisa terjaga dalam kisaran 5% hingga penghujung akhir
tahun ini.

"Inflasi
sesudah 5,9% (pada September), 5,72% (pada Oktober), dan 5,42% (pada November),
diperkirakan sampai akhir tahun bisa di angka 5,34% hingga 5,5%," jelas
Airlangga.

Inflasi Indonesia
yang masih pada kisaran di atas 5% tersebut, dinilai pemerintah masih lebih
baik jika dibandingkan dengan inflasi di banyak negara.

Sebut saja di
Rusia yang inflasinya mencapai 12%, India 6,77%, Amerika Serikat 7,7%, Uni
Eropa 10%, Inggris 11,1% dan Jepang 9,7%.

Arah kebijakan
bank sentral di banyak negara maju, juga menjadi salah satu perhatian
pemerintah dalam mengambil arah kebijakan di tahun depan.

"Karena
tensi politik, inflasi, suku bunga global, stagflasi masih kelihatan,"
jelas Airlangga.

"Kita lihat
proyeksi (inflasi) kita dari berbagai bank dan lembaga internasional, optimis
di 2022, demikian juga di 2023 dengan range 4,7% hingga 5,25%, dari berbagai
skenario lembaga dunia," kata Airlangga lagi.