Pemimpin Rusia
Vladimir Putin dipastikan tak hadir dalam konferensi tingkat tinggi (KTT)
G20 di Bali meski Joko Widodo sudah menyampaikan langsung undangan ke
Rusia.

Juru bicara Kedutaan
Besar Rusia di Jakarta, Alex Tumaykin, mengonfirmasi Putin absen dari forum
ekonomi itu.

"Saya bisa
mengonfirmasi bahwa Ketua Delegasi Rusia yang bakal hadir di pertemuan G20
adalah Menlu Rusia Sergei Lavrov," ujar Alex dalam pernyataan resmi pada
Kamis

 Meski demikian, Alex menyatakan bahwa Putin
kemungkinan bakal hadir secara virtual.

Sejak lama, sejumlah
pengamat memang sudah meragukan Putin akan datang ke KTT G20 di Bali, termasuk
pengamat lembaga think tank Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS),
Waffa Kharisma.

"Ketidakhadiran
Putin sebetulnya sudah lama bisa diprediksi," kata Waffa

Keraguan ini bahkan
sudah muncul setelah Jokowi ke Ukraina dan Rusia untuk mengundang langsung
Volodymyr Zelensky dan Putin pada akhir Juni lalu.

Indonesia saat itu
mengatakan misi Jokowi mengunjungi dua negara yang tengah berperang untuk
membawa misi damai.

Di Ukraina, Jokowi
bertemu Zelensky di Kyiv. Mereka membahas perang hingga kerja sama bilateral.
Selain itu, Jokowi juga menawarkan diri untuk menyampaikan pesan dari Zelensky
ke Putin

Setelah dari Kyiv,
Jokowi terbang ke Rusia untuk bertemu Putin. Dalam pertemuan ini, Putin tak
banyak membahas soal perang dan misi damai Jokowi.

Orang nomor satu di
Rusia itu malah menyinggung kerja sama ekonomi, perdagangan, investasi, pasokan
pangan, dan tawaran bantuan untuk ibu kota baru Indonesia, Ibu Kota Nusantara
(IKN).

Usai melawat dua
negara itu, Jokowi panen pujian.

"Ada pujian bahwa
misinya Pak Jokowi berperan untuk menggolkan konsesi Rusia dalam hal blokade
pangan, tetapi karena dinamika-dinamika perseteruan yang besar, akhirnya banyak
komitmen yang kemudian terlanggar juga," kata Waffa

Namun, Waffa
menegaskan Indonesia masih perlu menambah peran kepemimpinan di luar negeri
secara konsisten, sehingga memperkuat daya tawar RI sebagai penengah atau
negara yang ingin memediasi konflik.

"Kebetulan memang
kepemimpinan di luar negeri agak tertinggal di era Pak Jokowi karena prioritas
dalam negeri beliau," ucap dia.

Waffa lalu berkata,
"Kita perlu sadar bahwa dinamika ancaman perdamaian itu nyata di luar, dan
kalau ditinggal, peran kita ya akan terasa dampaknya."

Selain itu, Waffa
menyoroti untung-rugi ketidakhadiran Putin di G20. Salah satu keuntungannya,
menurut dia, mempermudah sedikit urusan Indonesia sebagai penyelenggara.

Pengamat tersebut
menilai sulit memastikan interaksi dalam KTT lancar tanpa ada momen ganjil.

Sementara itu, ada
pula kerugian bagi Indonesia dengan ketidakhadiran Putin, yaitu mengganggu
presidensi RI.

Terlebih, RI sempat
menawarkan diri menjadi juru damai. Beberapa pihak sudah terlanjur berharap ada
penyelesaian konflik antara Rusia-Ukraina saat KTT G20.

"Itu memukul
agenda kepemimpinan Indonesia di G20. Tidak hanya untuk pemenuhan dan
keberlanjutan agenda-agenda global yang diusung, tapi juga terlihat buruk bagi
upaya Indonesia menjadi penengah," ujar Waffa.