Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) akan mengunjungi Korea Selatan pada
Kamis (28/7) dan bertemu dengan Presiden Yoon Suk Yeol.

Menurut salah satu pejabat kantor
kepresidenan, Jokowi bakal membahas masalah pembayaran produksi jet KF-21 dalam
pertemuan itu.

Kunjungan Jokowi ke Korsel merupakan
rangkaian lawatan kenegaraan di Asia Timur setelah menyambangi China dan
Jepang.

"Masalah pembayaran diprediksi akan
dibahas dalam pertemuan tersebut," kata seorang pejabat senior dari kantor
kepresidenan, dikutip dari The Korea Times.

Sebagaimana diberitakan The Korea Times,
Indonesia dan Korsel menandatangani kesepakatan atas jet tempur KF-21 pada
2010. Indonesia setuju untuk membayar 1,6 triliun won (Rp18,2 triliun) untuk
pengembangan jet tersebut.

Jumlah itu setara dengan 20 persen total
biaya yang digunakan untuk mengembangkan jet itu, yakni mencapai 8,8 triliun
won (Rp100 triliun). Dari kesepakatan itu, Indonesia akan mendapatkan beberapa
pesawat untuk TNI AU, pun transfer teknologi.

Meski begitu, Indonesia memiliki masalah
pembayaran. RI sendiri belum membayar 800 miliar won (Rp9,1 triliun) yang
dijanjikan ke Korsel pada bulan ini akibat masalah finansial.

Pada November lalu, Indonesia sempat
melakukan negosiasi ulang agar bisa tetap ikut dalam proyek KF-X. Indonesia
menawarkan diri untuk membayar bagiannya dalam bentuk barter.

Dari perundingan tersebut, Indonesia dan
Korsel sepakat bahwa Jakarta akan tetap menanggung 20 persen biaya pengembangan
proyek. Namun, 30 persen dari biaya tersebut dapat dibayarkan menggunakan
barang.

Menurut peneliti di Forum Pertahanan dan
Keamanan Korea, Shin Jong Woo, kunjungan Jokowi ke Korsel bakal membawa dampak
positif untuk mengatasi keterlambatan pembayaran biaya produksi jet KF-21 dari
RI.

"Administrasi Program Akuisisi
Pertahanan (DAPA) bertekad tidak akan mengirimkan KF-21 ke Indonesia jika
negara itu tak membayar bagiannya. Meski begitu, penerbangan perdana KF-21 yang
sukses bakal membawa peran positif untuk mengatasi masalah keterlambatan
pembayaran saat Jokowi berkunjung ke sini," kata Shin.

"Melihat perkembangan tersebut,
Indonesia, yang tadinya ragu dengan proyek KF-X, mungkin akan lebih antusias
akan itu," tuturnya lagi.

Selain itu, Shin turut mengomentari kabar
kemungkinan Indonesia mundur dari kesepakatan tersebut. Menurut Shin, Indonesia
tak mungkin dengan gampang memutuskan keluar dari kesepakatan itu, mengingat RI
tak punya jet tempur generasi 4,5 berkemampuan siluman.

"[Jet] Rafale yang dibeli Indonesia
baru-baru ini bukan jet tempur siluman, KF-21 merupakan opsi yang lebih
menarik, sesuatu yang tak bisa diabaikan negara itu," tutur Shin.

Seorang pejabat industri pertahanan juga
menuturkan ia berharap kunjungan Jokowi ke Korsel dapat membawa kabar baik akan
kerja sama kedua negara dalam program KF-X ini.

"Saya berharap kunjungan Jokowi dapat
membawa hasil positif akan program KF-X," ujar pejabat itu