Joko Widodo menyerukan
penguasa dan parlemen negara ASEAN harus bersinergi untuk memperkokoh kesatuan
dan sentralitas ASEAN. Hal ini tak lepas dari kondisi dunia yang makin
mengkhawatirkan dan dinamika geopolitik kawasan menguji kredibilitas dan
relevansi negara anggota ASEAN.

Hal tersebut disampaikan
Jokowi saat melakukan pertemuan dengan pemimpin ASEAN dan perwakilan ASEAN
Inter-Parliament Assembly (AIPAA) di Hotel Sokha Phnom Penh, Kamboja, Kamis.

“Kredibilitas dan
relevasi ASEAN diuji di tengah tantangan ini, bila ASEAN gagal jadi solusi,
kredibilitas dan relevansinya akan terus dipertanyakan. Penguasa dan parlemen
harus bersinergi untuk memperkokoh kesatuan dan sentralitas ASEAN,” ucap
Jokowi.

ASEAN, menurut Jokowi,
sudah tidak asing lagi dengan krisis. Dari dalam ASEAN sendiri, ada krisis
politik di Myanmar di mana isu tersebut berkaitan erat dengan demokrasi dan
situasi kemanusiaan.

“Peran ASEAN untuk
menyelesaikannya, dinanti rakyat kita dan dunia, jadi perlu dapat perhatian
khusus parlemen negara ASEAN,” ujar Jokowi.

Sementara itu, dari luar
ASEAN, Jokowi mengemukakan isu dinamika geopolitik kawasan. ASEAN dituntut
untuk menavigasi rivalitas kekuatan besar yang makin tajam.

“Kita tidak ingin
melihat perang di kawasan, perang akan menjauhkan cita-cita kita Indo-Pasifik
sebagai epicentrum of growth,”
kata Jokowi.

Dalam kesempatan
tersebut, Jokowi juga menyampaikan keinginan Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023
untuk berkontribusi membangun ASEAN yang lebih kuat, yang mampu menghadapi
tantangan masa depan yang makin kompleks, dan mampu melindungi kawasan dari
guncangan eksternal, serta mampu mempertahankan independensi ASEAN di tengah
rivalitas kekuatan besar.

“Saya harapkan dukungan
parlemen negara ASEAN terhadap keketuaan Indonesia. Bersama kita buktikan
kepada rakyat kita dan dunia, ASEAN tetap relevan,” ungkap Jokowi.