Jokowi berharap bahwa
Kemitraan Komprehensif Strategis ASEAN-Amerika Serikat (AS) yang diluncurkan
dalam KTT ASEAN-AS di Kamboja kali ini bisa menjadi bagian dari solusi
menghadapi situasi dunia yang sedang menghadapi tantangan yang luar biasa.

Harapan tersebut Jokowi
sampaikan saat berbicara sebagai negara koordinator dialog KTT ASEAN-AS yang
dihadiri pemimpin ASEAN dan Joe Biden di Hotel Sokha, Phnom Penh pada Sabtu.

“Kemitraan ini
diluncurkan di saat dunia sedang hadapi tantangan yang luar biasa. Saya ingin
membacakan ringkasan ASEAN Common Sense, di mana kemitraan ASEAN-AS dapat
berkontribusi menjadi bagian dari solusi,” ucapnya.

Ada tiga hal yang
dikemukakan Jokowi dalam pertemuan tersebut. Pertama, Kepala Negara mendorong
perwujudan kemitraan bagi perdamaian dan stabilitas kawasan. ASEAN menginginkan
kehadiran AS di kawasan membawa energi positif bagi perdamaian.

“Dukungan AS terhadap
sentralitas ASEAN juga harus diterjemahkan dalam aksi nyata khususnya peran
ASEAN sebagai agenda-setter dinamika di kawasan dan pembentukan arsitektur
kawasan yang inklusif,” jelasnya.

Hal kedua yang
disampaikan Kepala Negara adalah membangun kemitraan untuk ketahanan kawasan
dan global. Sinergi kebijakan harus didorong untuk memastikan stabilitas sistem
keuangan, dukungan likuiditas, dan efektivitas kebijakan ekonomi.

“Upaya membangun
ketahanan pangan juga harus menjadi prioritas utama. Saya harap ASEAN dan AS
dapat bekerja sama dalam peningkatan kapasitas produksi pangan, pengembangan
bibit unggul, pemanfaatan teknologi pertanian, dan penguatan strategi ketahanan
pangan di kawasan,” katanya.

Adapun hal ketiga yaitu
menciptakan kemitraan untuk masa depan berkelanjutan. Jokowi mengatakan ASEAN
berkomitmen kuat mewujudkan masa depan berkelanjutan. Sebagai contoh, ASEAN
akan tingkatkan penggunaan energi terbarukan hingga 23% pada 2025.

“Kami apresiasi komitmen
AS untuk clean energy di kawasan. Kerja sama ASEAN-AS dapat diarahkan untuk
mendorong investasi dan alih teknologi rendah karbon, membuka lapangan kerja
baru dalam transisi energi, dan menciptakan kerangka regulasi dan pendanaan
yang kondusif,” pungkasnya.