Jokowi ingin
Indonesia dan negara berkembang lainnya menjadi bagian dalam rantai
pasok kesehatan global. Menurut dia, negara berkembang perlu mengambil
bagian agar bisa menghapus kesenjangan kesehatan dengan negara maju, di mana
gap kesehatan, terutama infrastruktur sangat lebar.



"Kesenjangan
kapasitas kesehatan tidak dapat dibiarkan. Negara berkembang perlu kemitraan
yang memberdayakan. Negara berkembang harus menjadi bagian rantai pasok
kesehatan global," ujarnya dalam pidato pembuka sesi 2 KTT G20, Bali.



Joko Widodo
ingin Indonesia dan negara berkembang lainnya menjadi bagian dalam rantai
pasok kesehatan global.



Jokowi ingin
negara berkembang bisa menjadi bagian dari manufaktur dan riset kesehatan
dunia. Tentunya, keinginan tersebut bisa dicapai dengan bantuan dari negara
lain anggota G20.



"Ini
hanya bisa terjadi jika investasi industri kesehatan ditingkatkan, kerja sama
riset dan transfer teknologi diperkuat dan akses bahan baku produksi untuk
negara berkembang diperluas," jelasnya.



Selain itu,
Trade-Related Aspect on Intellectual Property Rights (TRIPS) Waiver atau
perjanjian dalam akses kesehatan harus diperluas untuk menghasilkan solusi yang
konkret, termasuk diagnostik dan terapeutik.



Jokowi juga
berharap WHO bisa lebih kuat dalam mengawal isu kesehatan yang merata di
seluruh dunia. "WHO juga harus merealisasikan komitmennya terkait hubs dan
spokes solusi kesehatan," imbuhnya



Saat ini,
Indonesia telah memiliki pandemic fund atau dana pandemi yang diluncurkan dalam
rangkaian pelaksanaan KTT G20. Pandemic fund bertujuan agar dunia lebih
mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi di masa depan.



Jokowi
berharap anggota G20 ikut berkontribusi pendanaan untuk pandemic fund ini
mengikuti langkah Indonesia. Sehingga, dana yang terkumpul nantinya bisa
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan dunia, terutama kepada negara yang
membutuhkan.



"Ini
harus diikuti penambahan kontribusi pendanaan agar berfungsi secara optimal.
Saya mengajak semua pihak berkontribusi, Indonesia telah berikan komitmen US$50
juta," pungkasnya.