Dunia sedang mengalami
tantangan yang luar biasa akibat berbagai krisis, mulai dari pandemi COVID-19,
rivalitas yang menajam, hingga perang yang terjadi. Berbagai krisis tersebut
berdampak terhadap ketahanan pangan, energi, dan keuangan yang sangat dirasakan
dunia, terutama negara berkembang.

Saat berpidato pada Sesi
I KTT G20 di Hotel The Apurva Kempinski, Kabupaten Badung, Bali Jokowi
menegaskan bahwa paradigma dan semangat kolaborasi sangat dibutuhkan untuk
menyelamatkan dunia.

“Kita tidak punya
pilihan lain. Paradigma kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia.
Kita semua memiliki tanggung jawab, tidak hanya untuk masyarakat kita, tetapi
juga untuk semua orang di dunia,” ujar Jokowi.

Jokowi menegaskan bahwa
bertanggung jawab berarti menghormati hukum internasional dan prinsip-prinsip
Piagam PBB secara konsisten. Bertanggung jawab juga berarti menciptakan
situasi win-win, bukan zero-sum.

“Bertanggung jawab di
sini juga berarti kita harus mengakhiri perang. Jika perang tidak berakhir,
akan sulit bagi dunia untuk bergerak maju. Jika perang tidak berakhir, akan
sulit bagi kita untuk bertanggung jawab atas masa depan generasi sekarang dan
mendatang,” ungkapnya.

“Kita seharusnya tidak
membagi dunia menjadi beberapa bagian. Kita tidak boleh membiarkan dunia jatuh
ke dalam perang dingin lainnya,” tegasnya.

Lebih lanjut, Jokowi
menyebut Indonesia memiliki 17 ribu pulau, 1.300 suku bangsa, serta lebih dari
700 bahasa daerah. Demokrasi di Indonesia berjalan dari pemilihan kepala desa
pada tataran tingkat desa hingga ke pemilihan presiden. Untuk itu, Presiden
mendorong agar G20 memiliki semangat dialog yang sama untuk menjembatani
perbedaan.

“Sebagai negara
demokrasi, Indonesia sangat menyadari pentingnya dialog untuk mempertemukan perbedaan,
dan semangat yang sama harus ditunjukkan G20,” tandasnya.