Presiden
RI Joko Widodo (Jokowi) mendorong jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri) untuk bekerja keras mengembalikan kepercayaan publik kepada institusi
Polri.

Hal tersebut
disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan pengarahan kepada jajaran
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), mulai dari para pejabat utama
Mabes Polri, kepala kepolisian daerah (kapolda), hingga kepala kepolisian resor
(kapolres) seluruh tanah air di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/10/2022).

“Di
November itu (kepercayaan publik terhadap Polri) masih 80,2 (persen), sangat
tinggi, bukan tinggi, sangat tinggi sekali. Sekarang, kemarin Agustus, berada
di 54 (persen), jatuh, terlentang, rendah sekali. Itulah pekerjaan berat yang
Saudara-saudara harus kerjakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat
kepada Polri di tengah situasi yang juga tidak mendukung saat ini,” ujar
Presiden.

Menurut
Presiden, sebelum ada peristiwa penembakan di Duren Tiga yang menyeret mantan
Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo, Indeks Kepercayaan Masyarakat menempatkan
Polri di puncak teratas saat itu. Hal tersebut didorong oleh kerja keras
jajaran Polri dalam penanganan COVID-19 dengan mendukung penyuntikan 440 juta
dosis vaksin kepada masyarakat sehingga pandemi mereda dan ekonomi bisa tumbuh
5,44 persen.

“Tetapi
begitu ada peristiwa FS (Ferdy Sambo), runyam semuanya, dan jatuh ke angka yang
paling rendah. Dulu, dibandingkan institusi-institusi penegak hukum yang lain,
tertinggi. Sekarang, Saudara-saudara harus tahu, menjadi terendah. Ini yang
harus dikembalikan lagi dengan kerja keras Saudara-saudara sekalian,”
ungkapnya.

Kepala
Negara melanjutkan, saat ini situasi di semua negara sedang sulit karena
menghadapi gelombang dan badai ekonomi global. Bahkan, saat ini 66 negara telah
berada pada posisi rentan dan 345 juta orang di 82 negara sudah menderita
kekurangan pangan akut.

Untuk
itu, Presiden mengingatkan kepada seluruh jajaran Polri untuk memiliki kepekaan
terhadap situasi krisis (sense of crisis) yang sama. Presiden juga mengingatkan
agar jajaran Polri bisa lebih memperhatikan gaya hidupnya agar tidak
menimbulkan kecemburuan sosial dan menjadi sorotan masyarakat.

“Saya
ingatkan masalah gaya hidup, lifestyle. Jangan sampai dalam situasi yang
sulit ada letupan-letupan sosial karena adanya kecemburuan sosial ekonomi.
Hati-hati, sehingga saya ingatkan yang namanya kapolres, wakapolres, yang
namanya kapolda, yang namanya seluruh pejabat utama, perwira tinggi, mengerem
total masalah gaya hidup. Jangan gagah-gagahan karena merasa punya mobil bagus
atau motor gede yang bagus. Hati-hati. Hati-hati, saya ingatkan hati-hati,”
jelasnya.

Lebih
jauh, Presiden mengingatkan bahwa teknologi pada masa sekarang telah
menyebabkan perubahan interaksi sosial secara total. Menurutnya, saat ini
adalah masa penuh keterbukaan karena semua orang bisa mengabarkan peristiwa
yang terjadi pada media sosial, bukan hanya TV, media cetak, atau media daring.

“Saya
terlalu banyak mendapatkan laporan, sehingga kembali lagi gaya hidup. Urusan
kecil-kecil tetapi itu bisa mengganggu kepercayaan terhadap Polri. Urusan tadi,
urusan mobil, urusan motor gede, urusan yang remeh-temeh saja, sepatunya apa,
bajunya apa, dilihat masyarakat sekarang ini. Itu yang kita harus mengerti
dalam situasi dunia yang penuh dengan keterbukaan,” tandasnya.