Presiden Joko Widodo baru-baru ini menegaskan Indonesia akan
mendorong penghentian ekspor untuk sejumlah komoditas mineral mentah salah
satunya tembaga. 

“Jangan sampai kita berpuluh-puluh tahun hanya menjual bahan
mentah saja, (ekspor) komoditas mentah harus disetop, satu-satu, tidak
barengan. 
Harus kita paksa,” jelasnya dalam acara UOB Annual Economic Outlook 2023 yang
disaksikan secara virtual, Kamis (29/9). 

Jokowi menegaskan, setelah melarang ekspor nikel, pemerintah
akan menghentikan ekspor timah, tembaga, dan bahan-bahan mineral yang kerap
diekspor mentah. 

“Setiap
tahunnya pada saat ekspor mineral mentah kira-kira 4 tahun yang lalu hanya US$
1,1 miliar atau setara Rp 15 triliun begitu (ekspor nikel) dihentikan di 2021
(nilai ekspor) menjadi US$ 20,9 miliar atau Rp 360 triliun,” terangnya. 

Menteri
ESDM, Arifin Tasrif mengatakan hilirisasi mineral tembaga dapat memproduksi
kabel, komponen dari baterai. 

“Dan kabel itu sangat penting, coba bisa kirim listrik gak kalau
gak pakai kabel? Gak nyetrum kan,” ujarnya saat ditemui di Kementerian ESDM,
Jumat (30/9). 

Sebelumnya, Arifin menjelaskan hilirisasi harus dikembangkan
secara optimal hingga bahan dasar produk industri. Hilirisasasi mineral tidak
cukup hanya diproses setengah jadi.

Namun harus dikembangkan secara maksimal menjadi produk yang
menjadi bahan dasar pada tahapan pelengkap atau paling akhir dalam pohon
industri. 

Adapun Kementerian Perindustrian juga menyatakan hilirisasi
tembaga sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan baterai dan sistem
kabel-kabel di mobil listrik. 

Seperti diketahui, Indonesia memiliki dua smelter tembaga yang
salah satunya dioperasikan oleh PT Smelting, perusahaan patungan antara PT
Freeport Indonesia dan Mitsubishi yang telah dibangun sejak 1996 di Gresik,
Jawa Timur.

Perusahaan ini memiliki kapasitas pasokan konsentrat tembaga
sebesar 1 juta ton tembaga per tahun dan menghasilkan 300.000 ton katoda tembaga
per tahun. 

Adapun
PT Smelting berencana meningkatkan kembali kapasitas produksi smelter tembaga
hingga 30%. Dengan demikian, kapasitasnya produksinya akan meningkat dari
300.000 ton menjadi 342.000 ton katoda tembaga per tahun.

Kini,
Freeport telah membangun smelter tembaga kedua yang juga berlokasi di Gresik,
tepatnya di kawasan Industri Java Integrated Industrial and Port Estate
(JIIPE), dengan kapasitas olahan sebesar 2 juta ton konsentrat tembaga per
tahun. Adapun nilai investasi yang dibutuhkan diperkirakan mencapai US$ 3
miliar.

Berdasarkan
identifikasi Badan Geologi, Indonesia masuk kategori 7 negara cadangan tembaga
terbesar di dunia dengan menyumbang sekitar 3% dari total cadangan di dunia.

Bijih
tembaga Indonesia memiliki total sumber daya 15.083 juta dan cadangan 2.632
juta ton. Sedangkan logam tembaga punya masing-masing total sumber daya dan
cadangan sebesar 48,98 juta ton dan 23,79 juta ton.