Kunjungan Presiden
Joko Widodo (Jokowi) ke Rusia pada pekan lalu dinilai berdampak baik pada
hubungan perdagangan. Mantan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia, Wahid
Supriyadi mengatakan, lawatan tersebut mampu melepas blokade ekonomi.

 "Jadi ini sebenarnya salah satu kunjungan
yang berhasil melepas blokade ekonomi terutama dari sisi Ukraina, Ukraina tidak
bisa membawa produk pertaniannya padahal perkebunan gandum salah satunya
terbesar di sana," ucap Wahid saat dihubungi Kompas.com, Minggu
(3/7/2022).

Wahid menuturkan,
kunjungan itu juga mampu menghangatkan kembali perjanjian perdagangan bebas
yang tertunda, termasuk perjanjian dagang untuk membentuk zona perdagangan
bebas antara Indonesia dan Eurasian Economic Union (EAEU).

Indonesia dan Rusia
sepakat untuk menghilangkan hambatan perdagangan guna mencapai target volume
perdagangan yang diharapkan kedua negara, yaitu sebesar 5 miliar dollar AS.

"Jadi timingnya
tepat beliau (Jokowi) datang ke sana. Jadi sebetulnya kalau di Rusia ada dua
substansi satunya bilateral dan satunya lagi dalam rangka misi
perdamaian," kata Wahid.

Menurut Wahid,
Presiden Rusia Vladimir Putin melihat ruang untuk meningkatkan perdagangan
dengan Indonesia. Bahkan saat pandemi Covid-19 di tahun 2021, perdagangan
keduanya tetap tumbuh mencapai 40 persen dan naik menjadi 65 persen pada lima
bulan pertama tahun ini.

Bagi Indonesia,
adanya perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) membuat
barang-barang ekspor menjadi lebih kompetitif di luar negeri dengan kecilnya
tarif bea masuk yang dikenakan.

"Karena barang
kita tidak kompetitif dibanding dengan Vietnam yang (masuk dalam FTA). Karena
(bea masuk barang-barang dari) Vietnam 0 persen, kita di sana kisaran 18-20
persen. Sementara Singapura juga sudah (menandatangani perjanjian) kerja sama,
jadi lama-lama kita ketinggalan," ujar Wahid.

Langgengnya hubungan
antara Indonesia dan Rusia juga berdampak positif pada sektor pariwisata. Wahid
mengatakan, pembukaan jalur Moskwa-Bali akan meningkatkan jumlah turis Rusia
yang datang ke Pulau Dewata.

Kedutaan besar Rusia
mencatat pada 2019 atau sebelum pandemi melanda, jumlah turis yang datang
mencapai 160.000 wisatawan.

"Dan the
biggest spender terbesar turis asing di bali adalah Rusia. Quality tourism saya
kira akan sangat meningkat," ungkapnya. Sebelumnya diberitakan, Presiden
Joko Widodo menemui Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin di Moskwa,
Rusia, Kamis (30/6/2022). Dalam pertemuan itu, kedua Kepala Negara membahas
sejumlah isu.

 Putin juga menyampaikan keluh kesah ketika
bertemu dengan Jokowi. Salah satu masalah yang diutarakan Putin kepada Jokowi adalah
mengenai dampak sanksi Barat terhadap perusahaan-perusahaan Rusia. Di mana,
menurut dia, sanksi tersebut -muncul atas invasi Rusia ke Ukraina- turut
berimbas pada ketersediaan bahan pangan dan pupuk di pasar global.

Meskipun sanksi
Barat tidak secara resmi dikenakan pada sejumlah barang Rusia, Putin berkata,
pembatasan diberlakukan terhadap perusahaan domestik dan memperumit proses
bisnis.