Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan setuju untuk
mengimpor minyak dari Rusia karena lebih murah dibandingkan harga pasar
internasional.

Hal ini diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Sandiaga Uno di akun Instagram-nya @sandiuno, Sabtu (20/8).

Menurut dia, harga minyak Rusia lebih murah 30 persen
dibandingkan dengan harga internasional. Hal itu membuat Jokowi tertarik untuk
mengimpor minyak dari Negeri Beruang Merah.

"Rusia nawarin ke kita, eh lu mau nggak India sudah
ambil nih minyak kita harganya 30 persen lebih murah daripada harga pasar
internasional. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil ga? Ambil. Pak
Jokowi pikir yang sama, ambil," papar Sandi.

Meski lebih murah dari harga pasar, Rusia diduga tetap
mendapatkan untung sebesar US$6 miliar per hari. Sementara, biaya untuk perang
dengan Ukraina hanya US$1 miliar per hari.

"Jadi Rusia setiap hari profit US$5 miliar," imbuh
Sandiaga.

Namun, Sandiaga mengakui beberapa pihak masih ragu untuk
mengimpor minyak dari Rusia karena takut diembargo oleh Amerika Serikat (AS).
Maklum, setiap pengiriman dolar AS harus dikontrol oleh Negeri Paman Sam.

"Memang tantangannya karena barat (AS) ini kan mau
bagaimana pun juga mereka kontrol teknologi, payment. Setiap pengiriman dolar
AS harus lewat New York," jelas Sandiaga.

Sandiaga menjelaskan kalau bank di Indonesia dikeluarkan
dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT), maka
bank asal RI tak bisa mengirim dolar AS.

"Kata Rusia tidak perlu takut, bayar pakai rubel saja.
Konversi rupiah ke rubel, nah ini teman-teman di sektor keuangan lagi
menghitung," kata Sandiaga.

SWIFT merupakan sistem yang menghubungkan ribuan lembaga
keuangan dunia, sehingga bank dapat mengirim dan menerima pesan transaksi
dengan cepat dan aman. Dengan SWIFT, transaksi keuangan saat ini dapat
dilakukan antar negara bahkan antar benua.

Sebelumya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke
Widyawati sempat membuka peluang membeli minyak mentah dari Rusia di tengah
rentetan sanksi ekonomi dari negara Barat.

"Di saat harga sekarang situasi geopolitik kami melihat
ada opportunity untuk membeli dari Rusia dengan harga yang baik," ucap
Nicke pada Maret 2022 lalu.

Namun, Pertamina membatalkan rencana itu karena stok BBM di
kilang-kilang masih cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional.