Presiden Joko Widodo (Jokowi)
meminta masyarakat untuk waspadai kenaikkan harga gandum. Presiden Jokowi
menjelaskan kalau perang Rusia-Ukraina begitu berdampak pada harga komoditas
pangan.

Dia mengatakan, sebagian negara di dunia kini
mengalami kekurangan pangan akut akibat kekurangan stok dan kenaikan harga
komoditas, termasuk gandum. Sebanyak 40% pasokan gandum dunia berasal dari
Ukraina, Rusia, dan Belarusia.   Jokowi
mencatat, saat ini stok gandum yang tertahan di Ukraina sebesar 77 juta ton,
sedangkan stok di Rusia mencapai 130 juta ton. Stok gandum tersebut tertahan
akibat konflik kedua negara tersebut.

Tertahannya
stok tersebut menyebabkan harga gandum di pasar global telah naik 30%-50%
secara tahun berjalan. Kenaikan harga gandum internasional akan berdampak pada
industri makanan di dalam negeri, khususnya yang menggunakan bahan baku tepung
terigu seperti biskuit, roti, dan mie.

"Hati-hati yang namanya komoditas pangan dunia
ini naik semuanya utamanya gandum. Kita juga impor gandum gede banget, 11 juta
ton, impor gandum kita. Ini hati-hati. yang suka makan roti, yang suka makan mi
bisa harganya naik, karena apa? Ada perang di Ukraina," ujar Jokowi dalam
sambutannya yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (7/7/22/2022).

"Di Ukraina saja ada stok gandum waktu ke sana saya
tanya langsung ke Presiden Zelenskyy berapa stok yang ada di Ukraina. 22 juta
ton. Stop gak bisa dijual. Kemudian ada panen baru ini, 55 juta ton artinya
stoknya sudah 77 juta ton," katanya.

Sehingga negara di Afrika dan Asia sudah mulai
mengalami kekurangan pangan. Namun, Presiden Jokowi bersyukur karena pokok
utamanya beras tidak terjadi kenaikan. Hal itu karena bisa diproduksi di
Indonesia.

Oleh karena itu
Presiden Jokowi menghimbau masyarakat agar untuk mewaspadai kenaikan harga
komoditas dampak dari perang Rusia-Ukraina, dan Presiden Jokowi mengajak
masyarakat Indonesia agar untuk memanfaatkan lahan kosong untuk di tanami
pohon-pohon kebutuhan pokok, agar stok untuk bahan pokok tetap terjaga.